Info
Beberapa sejarah arkeolog menyebutkan fosil gigi Hiu yang pertama sekali ditemukan berumur 400 juta tahun yang lalu. Ini tentu merupakan sebuah penemuan sejarah yang luar biasa sekali. Fosil ini ditemukan diantara lapisan Bumi bagian tengah. Sejak itu studi dan eksplorasi fosil berkembang di beberapa belahan dunia oleh para ahli Paleontologi. Bahkan selama 50 tahun terakhir perkembangan penelitian ini lebih pesat dari pada perkembangan spesies Hiu di muka bumi.

Hiu sendiri dikenal sebagai salah satu spesies yang buas, terlebih lagi sejak mencuatnya berita serangan Hiu kepada manusia yang terekspose media pada tahun 1963. Kejadian menjadi salah satu sumber penelitian bagaiman seekor Hiu menyerang, tak kurang terdapat 200 video yang menyampaikan secara detail tiap gerak Hiu saat menyerang. Sejak saat itu, manusia menjadi lebih berhati-hati dengan makhluk yang banyak terdapat di peraian dalam.

Salah satu spesies Hiu yang terkenal dengan ukurannya yang sangat besar adalah Megalodon. Jika Hiu biasa memiliki panjang gigi sekitar 1 – 2 inci, Megalodon memiliki panjang gigi hingga 7 inci. Belum lagi ukuran giginya yang sebanding dengan 70 gigi Hiu biasa. Tidak heran makhluk yang hidup sekitar 50 – 60 juta tahun yang lalu ini disebut sebagai raksasa laut lepas.

Tidak ada yang tahu pasti mengenai penyebab punahnya Megalodon dari Bumi, beberapa ahli menduga spesies ini bermetamorfosis dengan sendirinya karena perubahan alam. Spesies yang kemudian dianggap sebagai transformasi Megalodon adalah The Great White Shark, atau Hiu Putih. Sekalipun Hiu ini tidak mewarisi ukuran besar Megalodon, tetapi Hiu ini memiliki sifat dan bentuk postur yang sama dengan Megalodon.

Fosil gigi Megalodon dan spesies Hiu lainnya inilah yang kemudian menjadi sebuah penemuan yang banyak dicari tidak saja para ahli Paleontologi, tetapi juga para pengusaha yang menjalankan bisnis perdagangan fosil gigi Hiu ini. Jika seekor Hiu rata-rata hidup sampai dengan umur 70 tahun, maka terdapat 30 – 60 ribu yang bisa didapatkan. Kenapa? Karena ternyata satu ekor Hiu akan kehilangan 6 – 10 giginya tiap 2 – 3 hari sekali pada saat memangsa makhluk lain, gigi ini akan tumbuh kembali dalam kurun waktu 24 jam, sungguh metabolisme yang luar biasa.

Sekalipun jumlah fosil gigi Hiu ini tergolong banyak, tetapi proses yang panjang sebelum berubah menjadi fosil, menyebabkan fosil Hiu ini menjadi berharga tinggi. Fosil seldiri terbentuk melalui proses percampuran antara oksigen dan bakteri hingga akhirnya mengendap kedalam lapisan Bumi. Lapisan Bumi yang berbeda-beda akan menyebabkan juga pada perubahan warna fosil gigi Hiu, tergantung seberapa dalam fosil ini mengendap, fosil akan menyerap mineral yang terdapat dalam lapisan tersebut. Itulah sebabnya warna fosil tidak bisa dijadikan ukuran umur dari fosil tersebut. Selain proses pembentukan hingga menjadi fosil, hal lain yang menjadi faktor tingginya harga fosil gigi Hiu ini adalah seberapa baik kualitas fosil yang ditemukan. Sayangnya dari begitu banyak fosil, hanya sedikit yang benar-benar memiliki bentuk yang masih sempurna tanpa kerusakan akibat erosi lingkungan. Meski demikian, fosil dengan struktur yang tidak sempurna juga tetap saja berharga tinggi.

Dewasa ini penggunaan fosil gigi Hiu ini digemari oleh para ahli perhiasan untuk kemudian dijual dalam berbagai desain menarik. Umumnya beberapa negara yang banyak mengeksplorasi fosil ini seperti antara lain Jerman, Inggris, Rusia, Afganistan, Afrika, Jepang, dan Cina, mengemas fosil gigi Hiu menjadi kalung dengan cara mengaitkan dengan tali berbahan kulit atau bahan elastis lain, juga menggabungkannya dengan lapisan Emas atau dengan Sterling Silver. Fosil gigi Hiu yang digunakanpun tidak sebatas pada fossil gigi Hiu Megalodon, tetapi juga Hiu Putih (Great White Shark), Hiu Pantai (Sand Shark), dan Hiu spesies Mako.